Langsung ke konten utama

Fisika Lebih Menyenangkan Dengan Imajinasi


Imajinasi lebih utama daripada pengetahuan. Pengetahuan bersifat terbatas. Imajinasi melingkupi dunia. -Albert Einstein-

Itulah sepatah kata yang pernah dikatakan oleh Einstein. Berbicara tentang fisika dapat menimbulkan tanggapan yang beragam. Bukan gosip lagi kalau fisika merupakan salah satu "hantu" yang ditakuti oleh banyak pelajar, baik itu di tingkat menengah, umum, dan bahkan di perguruan tinggi. Sebagian orang menghafalkan rumus-rumus fisika layaknya buku sejarah tanpa menyadari maknanya. Ada juga yang pasrah karena menganggap fisika hanyalah milik orang-orang yang serius, cerdas, gila matematika, dan pada umumnya "kurang gaul". Bahkan, tidak sedikit yang beranggapan bahwa menjadikan fisika sebagai karir hidup adalah pilihan yang salah karena "masuknya" mudah tapi "keluarnya" susah. Dengan kata lain, menjadi mahasiswa fisika tidaklah sulit tapi lulusnya setengah mati dan kerjanya paling-paling menjadi guru atau kalau beruntung bisa menjadi dosen.

Beberapa pelajar mengagumi fisika karena membaca berita mengenai keberhasilan tim olimpiade fisika atau membaca buku tentang kehidupan para ilmuwan besar. Sayang, banyak juga yang hanya sebatas mengagumi tidak sampai menghayati atau mendalami fisika. Seringkali orang yang menguasai fisika dianggap sebagai orang "keren" sekaligus "aneh" karena mau belajar sesuatu yang sulit, padahal kalau jadi pengusaha bisa kaya-raya. Persepsi-persepsi demikian mengakibatkan masyarakat umum cenderung menggemari ilmu lain seperti metafisika. Disaat negara-negara lain berusaha untuk menyadarkan masyarakatnya agar tidak "gatek" alias gagap iptek negara kita melalui beberapa media massa tampaknya bekerja keras meyakinkan masyarakat agar tidak "gagib" atau gagap gaib. Padahal, penyampaian informasi ini menggunakan aplikasi fisika dan elektronika. Singkatnya, menemukan orang yang menyukai fisika bagaikan mencari jarum pentul didalam tumpukan jerami.

Banyak sekali pelajar atau mahasiswa yang sabar menunggu penayangan rumus-rumus fisika di papan tulis, kemudian mengerjakan soal-soal fisika. Dari pengalaman, soal-soal tersebut diselesaikan dengan cara "gotong-royong" karena hanya sedikit orang yang bisa atau mau mengerjakannya. Keberhasilan pengajaran tidak jarang didasarkan atas kemampuan mengerjakan soal-soal ujian akhir, bukan pada penguasaan makna fisis dari rumus tersebut.

Sebagai contoh, hampir semua orang di kelas tahu hukum kedua Newton, F = m.a, tetapi mungkin tak pernah terbayangkan bahwa rumus tersebut dapat menceritakan mengapa orang-orang gendut lebih suka main tarik tambang daripada lari 100 meter. Kemudian, siapa yang tak mengenal persamaan terkenal Einstein E = mc2 ? Sayang, sedikit sekali orang yang mengetahui bahwa massa sebuah buku fisika dasar mengandung energi yang dapat membawa suatu wahana antariksa ke bulan!

Salah satu penyebab persepsi negatif tentang fisika adalah bahwa ilmu tersebut seringkali diajarkan tanpa penghayatan sehingga terasa menyebalkan. Padahal, melalui fisika kita dapat mengetahui banyak hal. Seorang pelajar yang mulai mempelajari ilmu ini tidak perlu jauh-jauh mengunjungi laboratorium untuk melihat fenomena fisika. Kapanpun dan dimanapun ia dapat berimajinasi (menghayal) tentang lingkungan sekitarnya. Keindahan warna bunga yang tampak oleh mata, musik yang terdengar nyaman di telinga, air terjun yang memikat, aliran angin yang sejuk, adalah sedikit contoh dari fenomena fisika sehari-hari. Penjelasan bahwa setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda dan bahwa benda-benda menyerap serta meradiasikan panjang gelombang tertentu sehingga sampai ke mata kita, dapat dibaca dalam buku fisika. Akan tetapi seringkali orang tidak peduli dengan penjelasan itu karena tidak berimajinasi sehingga ia lupa akan keindahan alam dan tidak memiliki rasa ingin tahu.

Imajinasi lahir dari lingkungan yang mendukung seseorang agar memikirkan berbagai fenomena disekitarnya. Jika masyarakat sekitar atau keluarga di rumah tidak menghargai kebebasan berpikir maka daya imajinasi sulit untuk berkembang. Hampir semua fisikawan terkenal adalah orang-orang yang suka berimajinasi dan seringkali dikatakan sebagai pemikir "radikal" karena dianggap aneh oleh lingkungan yang seringkali bersifat dogmatis. Einstein adalah contoh populer dari orang yang suka berimajinasi dan mengembangkannya. Ia membayangkan bagaimana seandainya ia dapat bergerak dengan kecepatan cahaya. Pemikiran aneh ini menghasilkan teori relativitas khusus yang sampai kini masih digunakan. Hal yang sama dilakukan oleh Newton. Kalau saja ia tidak suka melamun dibawah pohon apel mungkin hukum gravitasi universalnya tidak ditemukan sampai berpuluh-puluh tahun kemudian.

Melalui imajinasi, kesadaran untuk mengamati fenomena alam dan membaca buku-buku fisika akan muncul dengan sendirinya. Sebagai contoh, molekul air (H2O) terdiri atas dua buah atom hidrogen dan sebuah atom oksigen. Kita tentu tidak mungkin melihat molekul air dengan mata telanjang. Akan tetapi, kita bisa berimajinasi bahwa molekul-molekul tersebut berukuran kecil sekali sehingga tak tampak. Oleh karenanya, jumlah molekul yang menyusun suatu benda haruslah sangat banyak. Melalui imajinasi kita tergerak untuk mempelajari bahwa satu mol molekul air (yang beratnya sekitar 18 gram) mengandung sekitar 6 x 1023 molekul. Jadi, satu sendok air ternyata terdiri atas sekitar 1022 molekul. Jumlah itu sangatlah besar. Jika seluruh penduduk indonesia diberi tugas untuk menghitung satu per satu molekul berbeda tiap 5 detik maka itu membutuhkan waktu bermiliar-miliar tahun!

Fisikawan tidak membuat rumus-rumus untuk dihafalkan atau ditulis pada telapak tangan. Rumus-rumus dibuat untuk memahami fenomena-fenomena alam dalam bentuk yang ringkas, indah, universal, dan berguna untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut fenomena tersebut. Memang, fisika tidak mungkin terlepas dari matematika. Tanpa definisi matematis, fisika sangat sulit dikembangkan dan dimanfanfaatkan sebagai teknologi. Meskipun demikian, untuk mempelajari dasar-dasar fisika seseorang tidak perlu menjadi "gila" matematika ataupun menjadi serius dan takut tak dapat pacar karena "kurang gaul". Belajar fisika memang tidak mudah, tapi dengan melepaskan diri dari pemikiran yang dogmatis dan keinginan untuk berpikir bebas, imajinasi akan muncul dan bisa menjadi petualangan yang menyenangkan bagi siapapun.

Sumber: fisik@net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BEDAH SKRIPSI

  Sebagai seorang mahasiswa S1 pasti tidak asing dengan kata “skripsi”. Karena untuk mendapatkan gelar sarjana, mahasiswa harus menuntaskan perkuliahannya serta wajib membuat dan lulus sidang skripsi. Sebagian besar mahasiswa menganggap skripsi itu “horor”. Memang benar, untuk membuatnya membutuhkan banyak perjuangan. Tapi hal itu tidak lain untuk melatih mahasiswa untuk berpikir kritis dalam sebuah permasalahan yang diangkat menjadi judul skripsi masing-masing. Oleh karena itu, KOSMIK sebagai underbow bidang keilmiahan di Jurusan Fisika memberikan wadah untuk mendapatkan informasi tentang kepenulisan skripsi atau hal-hal yang berkaitan tentang skripsi. Alhamdulillah telah terlaksana Program Kerja dari Divisi Hubungan Masyarakat dan Informasi(HI) yaitu Bedah Skripsi. Acara Ini  usai digelar pada hari Kamis, 2 Juni 2016. Acara ini merupakan Program kerja baru di KOSMIK. Tujuan dari acara ini adalah menambah semangat dan memberikan informasi kepada mahasiswa berkaitan de...

STRUKTUR ORGANISASI KOSMIK 2016

KOSMIK sebagai underbow HIMA Fisika adalah organisasi keilmiahan dijurusan fisika UNNES. Minggu 13 Maret 2016, kelompok studi ilmiah fisika (KOSMIK) ini telah melaksanakan “RAJA” atau rapat kerja untuk satu kepengurusan kedepan. PENGURUS HARIAN KETUA : ULIL ALBAB TAUFIQ (F'14) WAKIL : ELEN DIAN VISKA(PF'15) SEKRETARIS 1 : NURUL LAILATIS SA'ADAH(PF'14) SEKRETARIS 2 : NURILHILMAH(F'15) BENDAHARA 1 : RINI MURTAFI'ATIN(F'14)  BENDAHARA 2 : ILMA APRIANTI N (PF'15) DIVISI HUMAS DAN INFORMASI  KETUA : LINA FITRI DHAMAYANTI(PF'14) SEKRETARIS : INTAN FAUZIYYAH P(PF'14 ) STAFF: 1. YULITA NURBAITI(P'15) 2. ANIK MAGFIROH(P'15) 3. AHMAD ZA'IIMUL CHANIEF(F'14) 4 NURSULTHON FATHONI M(F'14) DIVISI PSDM KETUA: HANIF DIATMA W(PF'14) SEKRETARIS: RIZKI INDRI YANTI(PF'14) STAFF: 1. ZULFATUN NA'IM (PF'15) 2. SIWI TRI PANUNTUN (PF'15) 3. DEWI ANJANI (PF'15) ...

Divisi PSDM

"Divisi PSDM"             Ketua Divisi               :  Midhya Widhyastuti               Sekretaris Divisi          :  Helfrida Wahyuningrum               Staff                      :  Lina Malinda Eka Kartika Sari        :  Ady Tri Wibowo        :  Hanif Fu’adah             :  Ulil Albab Taufiq           :  Rizki Indri Yanti